TANAH DATAR – Lapangan Cindua Mato (LCM) Batusangkar malam ini menjadi lautan manusia. Ribuan warga tampak antusias menyaksikan pembukaan Satu Ranah Budaya (Sabudaya), sebuah ajang pelestarian seni dan budaya Minangkabau yang digelar oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah III Sumatera Barat.
Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Bupati Tanah Datar Eka Putra, SE, MM, bersama Ketua DPRD Tanah Datar Anton Yondra, SE, MM, Direktur Sejarah dan Pemuseuman Kementerian Kebudayaan RI Prof. Dr. Agus Mulyana, M.Hum, Kadis Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat Dr. H. Jefrinal Arifin, SH, M.Si, Kapolres Tanah Datar, Kasdim 0307 Tanah Datar, dan Kepala BPK Wilayah III Sumbar Nurmatias.
Pembukaan Sabudaya ditandai dengan pemukulan gendang bersama yang menandakan dimulainya rangkaian acara kebudayaan tersebut.
Sabudaya menghadirkan berbagai pertunjukan seni Minangkabau, pameran budaya, permainan tradisional, tari dan musik kontemporer, silek tradisi, serta bazar UMKM lokal. Acara juga dimeriahkan oleh penampilan Diva Aurel sebagai bintang tamu, dan grup musik etnik Minangkabau Talempong Jaguank yang mengusung konsep musik modern-etnik.
Bupati Eka Putra dalam sambutannya mengungkapkan rasa bangga atas terpilihnya Tanah Datar sebagai tuan rumah penyelenggaraan Sabudaya yang bertepatan dengan peringatan Hari Kebudayaan Nasional.
“Kami atas nama Pemerintah Kabupaten Tanah Datar merasa bangga dan berterima kasih kepada Kementerian Kebudayaan dan jajaran atas kepercayaan ini. Kami berharap kegiatan Sabudaya berjalan lancar hingga akhir, dan mengimbau masyarakat untuk menjaga ketertiban, kebersihan, serta tidak menaikkan harga jual secara tidak wajar,” ujar Eka Putra.
Lebih lanjut, Eka Putra menyebutkan bahwa penyelenggaraan Sabudaya di Batusangkar sangat sesuai dengan identitas daerah tersebut.
“Batusangkar sejak tahun 1985 telah dijuluki Kota Budaya oleh Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tanah Datar juga dikenal sebagai Luhak Nan Tuo, daerah tertua menurut adat dan budaya Minangkabau. Dari sinilah lahir falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah,” jelasnya.
Eka juga menegaskan bahwa budaya bukan sekadar tarian, pakaian, atau upacara adat, melainkan mencerminkan nilai, karakter, dan jati diri masyarakat Minangkabau yang menjadi bagian penting dari bangsa Indonesia.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat Dr. Jefrinal Arifin menyampaikan apresiasi dan dukungan penuh terhadap kegiatan ini.
“Sabudaya akan memperkuat eksistensi dan kemajuan kebudayaan Minangkabau, sekaligus memperkaya kebudayaan Indonesia. Pemerintah Provinsi akan terus mendukung pelestarian budaya terutama di Tanah Datar sebagai pusat kebudayaan Minangkabau,” ungkapnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Agus Mulyana, Direktur Sejarah dan Pemuseuman Kementerian Kebudayaan RI, menambahkan bahwa Sabudaya merupakan momentum penting dalam memperingati Hari Kebudayaan Nasional yang ditetapkan setiap 17 Oktober.
“Kegiatan ini bukan hanya hiburan, tetapi refleksi dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika, keberagaman budaya yang memperkuat persatuan bangsa,” ujarnya.
Kepala BPK Wilayah III Sumbar Nurmatias juga menyampaikan bahwa pelaksanaan Sabudaya berlandaskan pada UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan sebagai payung hukum dalam pelestarian budaya.
Event Sabudaya turut dihadiri oleh Wakil Gubernur Sumatera Barat Vasko Ruseimy, Anggota DPRD Sumbar Roni Mulyadi Dt. Bungsu, Wakil Bupati Tanah Datar Ahmad Fadly, S.Psi, Ketua GOW Dwinanda Ahmad Fadly, Kadis Parpora Tanah Datar Riswandi, serta sejumlah pejabat dan tokoh adat.
Acara ini menjadi wadah ekspresi seni dan budaya masyarakat Tanah Datar, serta momentum penting untuk meneguhkan kembali identitas Minangkabau dalam bingkai kebudayaan nasional. (*)
